Theme Preview Rss

Belajar dari Charles Dickens #2

Habis kenyang makan tongseng absurd bikinan sorangan, sekarang mari kita lanjutkan posting tentang kegiatan ganti kulit bikin sutris , membaca buku klasik British in English! Eaaaaa..eaaaaa.. blebep blebep.. Yuk dilanjutkan. Yang ga tau kenapa si oncom keluar pedenya baca buku in English dibaca dulu lah bagian pertamanya disindang.

Lanjutan buku Charles Dickens lain yang berhasil dibaca si oncom sambil tiarap. Dua buku yang terakhir ini kritik sosialnya makyus brader!


Our Mutual Friend
cover buku Our Mutual Friend karya Charles Dickens by  Wordsworth Classics
Gua beli di Toko Buku G. harganya lumayan terjangkau

Gua suka buku ini karna isinya mengkritik tentang walau bagaimanapun dunia berubah, pengkelompok-kelompokan manusia menjadi sistem kasta pasti selalu ada. Hanya penilaian dari aspek apanya aja yang berubah. Kalau jaman dulu sistem kasta menurut keturunan itu kuat banget, mungkin jaman sekarang ga sekuat dulu, tapi tetep yang namanya darah biru tetep ada bukan?

Jadi di buku ini, Kisahnya tentang sekumpulan orang kaya di Inggris yang disebut sebagai Society atau kita kenal dengan sebutan Ladies and Gentleman. Status sosial seperti yang kita tau bener-bener sangat diagung-agungkan bahkan sampe sekarang. Terus, beberapa orang yang berusaha buat naikin status sosialnya yang kalo di buku Dickens ini disebut "working class", atau persis kalo jaman sekarang disebutnya "social climbing". 

Kisahnya kayaknya lebih condong ke kisah cinta yang kalo peribahasanya mah "seperti punguk merindukan bulan". Parahnya, walaupun udah sama-sama suka tetep ga bisa jadi ya karna status sosial itu. Seperti kisah cinta Rokesmith terhadap Bella Wilfer yang mana doi sebagai orang biasa harusnya gak boleh mengharapkan si Bella yang udah jadi Ladies alias bagian dari Society. Belum lagi diwarnai campur tangan keluarga dan adat istiadat kayak Charles Hexam yang jadi seorang "working class" merasa terganggu atas hubungan kakaknya Lizzie Hexam yang berhubungan dengan seorang gentleman.

Buku ini konon katanya buku terakhir yang diselesai-in sama mbah Dickens, habis itu doi meninggal.

PS : emang siah nurut gua kodrat manusia paling pertama adalah menilai, tapi nilai orang berdasarkan sekolah apa gak, sekolah dimana, punya duit apa kaga, anak siapa, rasnya apa itu kayaknya gak banget ya? men, we forget that Muhammad SAW juga gak sekolah, gak bisa baca, gak punya duit banyak, tapi ga ada yang meragukan kehebatan dan kebaikannya bukan??
ah ko jadi ngacok gini ya.

Hard Times

cover buku Hard Times karya Charles Dickens by  Wordsworth Classics
Gua beli di Toko Buku G. harganya lumayan terjangkau

Nyeritain tentang keadaan kota Coketown,kota Industri yang khasnya bata merah. Di kota industri2 kayak gitu, anak-anak dan orang dewasa yang dikurung dan diperbudak, tanpa kebebasan pribadi sampai patah semangat. Sekolah juga udah ga ngajarin anak-anak about “Fancy”, yang ada cuma “Fact”, salah satu yang menyebabkan orang-orang jadi ga punya perasaan, kejam dan sombong kayak Yosia Bounderby. Atau jadi kayak orang yang super robot, tapi suka mencela kayak Mr. Gradgrind.

Buku ini jelas paling gua suka soalnya potret Yosia Bounderby dan Mr. Gradgrind persis banget kayak kebanyakan orang-orang dari universitas saya. Universitas yang kebanyakan ngajarin “Fact” dan meremehkan “Fancy”. Eh gua sih jujur aja yak. Tapi emang begitulah. Sebabnya sama kali ya, orang yang kebanyakan mengagung-agungkan logika dan menilai kecerdasan seseorang dari kemampuan logika dan analisisnya akhirnya melahirkan orang yang arogan, super robot, tapi suka mencela orang. INI BENER-BENER PAS BANGET!!

Mudah-mudahan gue bukan termasuk golongan itu..amiin.

Walaupun ya memang keadaan sekarang tuh kayak begini akibat dari industrialisasi dan sebagainya dan sebagainya, ya kita kudu nerima keadaan yang emang “This is the fact”. Tapi, kita sebagai manusia beneran bukan robot ga bias melupakan “Fancy” atau hiburan, dan setiap manusia pasti  butuh hiburan walaupun bentuknya beda-beda.

PS : serius, tentang menilai orang. Walaupun emang kodrat manusia paling pertama itu menilai, tapi gua paling sebel dan sebisa mungkin menghindari dari yang namanya menilai orang. Men, gua cuma pengen berteman dengan semua orang. Serius.


PS lagi : berkat mbah Dickens score To-e-pel gua meningkat drastis. Emang ya kalo mau mempelajari bahasa yang  paling pertama dan wajib itu ngapalin kamus.


0 comments:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...